Jakarta, CNN Indonesia —
Istilah kencan baru ‘delusionship’ tengah ramai jadi perbincangan. Apa itu delusionship?
Istilah ini muncul pertama kali di platform media sosial TikTok. Ya, platform satu ini memang selalu memunculkan tren-tren anyar, utamanya soal serba-serbi kencan di zaman kiwari.
Delusionship sendiri pada dasarnya merupakan gabungan antara kata ‘delusion’ dengan ‘relationship’. Jika digabung, keduanya menjadi ‘delusionship’.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Delusi atau delusion sendiri berarti keyakinan akan sesuatu yang tidak benar. Dalam dunia kesehatan jiwa, delusi juga dianggap sebagai salah satu gangguan dalam berpikir.
Mengutip Healthline, delusi, bersama dengan halusinasi bahkan kerap menjadi gejala kondisi psikosis yang paling umum. Misalnya, delusi akan membuat seseorang mengira dirinya sebagai seorang selebriti, padahal sebenarnya bukan.
Apa itu delusionship?
Tapi tunggu dulu, bukan berarti delusionship berhubungan dengan kondisi mental yang salah. Jadi, apa itu delusionship?
Delusionship pada dasarnya adalah hubungan asmara yang hanya ada di dalam khayalan. Seseorang bisa saja menganggap dirinya memiliki hubungan asmara. Namun, itu hanya terjadi pada khayalannya, bukan di dunia nyata.
“Itu adalah rasa tergila-gila terhadap seseorang yang tidak memiliki hubungan dengan Anda,” ujar dating expert dari Bumble Caroline West, mengutip Glamour.
Misalnya, Anda tertarik dengan seseorang di aplikasi kencan. Anda lantas membayangkan rasanya menikmati momen-momen romantis bersamanya di pinggir pantai, meski sebenarnya Anda tak pernah bertemu dengannya.
Dengan kata lain, delusionship adalah fantasi menjalani hubungan romantis dengan seseorang.
“Kamu tidak pernah menjadi milikku, aku hanya berkhayal dan menganggap bahwa kamu juga jatuh cinta padaku,” ujar salah seorang pengguna TikTok menjelaskan soal delusionship.
Delusionship itu wajar, tapi…
Ilustrasi. Pada dasarnya, berkhayal tentang seseorang yang disukai adalah hal yang wajar. (iStockphoto/Kateryna Kukota)
Beberapa psikolog berpendapat bahwa setiap individu pasti memiliki fantasi tanpa perlu membuatnya menjadi patologis. Artinya, fantasi adalah hal yang wajar dan tak melulu disangkut pautkan dengan kondisi mental tertentu.
Yang harus dikhawatirkan adalah ketika fantasi tersebut menjadi sesuatu yang lebih serius. Pasalnya, ada juga masalah ‘tergila-gila’ seperti ini yang berubah menjadi kondisi mental tertentu.
“Salah satu perbedaan terbesar antara tergila-gila dan masalah mental bisa dilihat dari waktu yang dihabiskan,” ujar psikolog lain Raquel Martin, mengutip USA Today.
Jika fantasi itu berlangsung lama dan menetap, membuat Anda terus mengikuti orang yang disukai seperti media sosial atau bahkan mengikuti gaya hidupnya, maka Anda harus berhati-hati.
Martin memberikan beberapa hal yang harus dipertimbangkan. Misalnya, apakah produktivitas menurun karena Anda terlalu sering berfantasi tentangnya. Atau, apakah fantasi tentangnya membuat Anda jadi tak bisa tidur.
Jika jawaban keduanya iya, maka Anda perlu waspada. Apa yang Anda alami bisa mengarah pada kondisi mental tertentu.
Demikian penjelasan mengenai apa itu delusionship. Semoga membantu.
(asr/asr)
[Gambas:Video CNN]
Komentar