oleh

Mengenal Museum Kretek, Lokasi Syuting Serial Gadis Kretek


Jakarta, CNN Indonesia

Platform Netflix belum lama ini merilis serial ‘Gadis Kretek’, tepatnya pada 2 November lalu. Setting syuting dan latar kisah serial ini dirancang dalam nuansa 1960-an, termasuk membingkai eksistensi Museum Kretek yang mendokumentasikan perjalanan dunia kretek di tanah Jawa.

Diangkat dari novel ‘Gadis Kretek’ karya Ratih Kumala (2012), serial ini menceritakan perjalanan Lebas pada tahun 2001 yang menyusuri sosok Jeng Yah (Dian Sastro), anak juragan industri rokok di Kota M yang punya ambisi menciptakan saus rokok terbaiknya pada tahun 1960-an.

Perjalanan Lebas membawanya ke Museum Kretek, sebagai bagian petunjuk-petunjuk yang membantunya memecahkan misteri tentang seorang Jeng Yah.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejak serial ini tayang, museum yang terletak di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah ini turut menjadi perhatian, salah satunya karena eksistensinya sebagai satu-satunya museum kretek di Indonesia dan menampilkan sejarah kretek di Indonesia.

Sejarah Kretek dan Museumnya

Studi berjudul Displaying the Postcolonial Past: The Kudus Kretek Museum in Java (1997) memaparkan bahwa Museum Kretek Kudus didirikan pada tahun 1986 sebagai penghormatan terhadap kewirausahaan lokal dan asal mula produksi rokok kretek (kretek) di Kudus, Jawa Tengah.

Dalam buku ringkasan sejarah Hikayat Kretek karya sejarawan Amen Budiman dan Onghokham, istilah kretek ini diyakini berasal dari penemuan Haji Djamhari pada sekitar akhir abad ke-19.

Berawal dari upayanya meredakan sesak napasnya dengan minyak cengkih yang dioleskan ke dada dan badannya. Ia kemudian mencoba membuat lintingan kulit jagung berisi tembakau yang dicampur cengkeh yang diikat, dibakar, lalu dihisap. Pembakaran ini menghasilkan bunyi ‘kemretek’ yang melahirkan istilah ‘kretek’.




Pengunjung melihat koleksi bungkus rokok kretek masa lalu di Museum Kretek, Kudus, Jawa Tengah. Museum yang didirikan pada 3 Oktober 1986. (Antara Foto/Yusuf Nugroho)



Penemuan Haji Djamhari ini menjadi semakin populer setelah Nitisemito merintis industri kretek di Kudus pada tahun 1906. Ia menikahi Nasilah, seorang pemilik warung yang meracik kretek dengan rasa yang digemari banyak orang, termasuk Nitisemito.

Nitisemito kemudian mengembangkan bisnis kreteknya dengan pesat hingga membuatnya dijuluki ‘Raja Kretek’ dengan merk kretek ternamanya yaitu Bal Tiga.

Pada tahun 1986, Gubernur Jawa Tengah yang menjabat pada saat itu, Soepardjo Rustam, menilai ada potensi pergerakan perekonomian masyarakat dari adanya industri kretek.

Museum ini kemudian dibangun dengan kontribusi pembiayaan oleh Persatuan Pengusaha Rokok Kudus (PPRK) di atas lahan 2,5 hektare.

Museum menampilkan segala hal tentang kretek. Ada lebih dari seribu koleksi sejarah mengenai kretek yang memamerkan sejarah, dokumentasi pembuatan kretek, alat-alatnya, hingga produk-produk kretek di masa lampau, termasuk perjalanan besar Nitisemito sebagai ‘Raja Kretek’ bersama perusahaannya.

Cara Mengunjungi Museum Kretek




Diorama pembuatan rokok kretek di Museum Kretek, Kudus, Jateng. (Antara Foto/Yusuf Nugroho)



Jika kamu ingin menyusuri langsung bukti-bukti sejarah kretek, kamu bisa datang berkunjung ke Museum Kretek di Kabupaten Kudus.

Biaya untuk masuk ke museum ini juga cukup murah, yakni Rp4 ribu rupiah. Sementara di hari Minggu dan tanggal merah, tarifnya yaitu Rp5 ribu.

Museum ini juga menyediakan fasilitas bermain anak-anak hingga waterboom yang bisa dimasuki dengan tarif Rp15 ribu.

(dhs/wiw)

[Gambas:Video CNN]

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *