Jakarta, CNN Indonesia —
Banyak wisatawan asal Thailand mengeluh bahwa mereka baru-baru ini ditolak masuk atau diawasi ketat oleh otoritas imigrasi Korea Selatan, meskipun mereka memiliki dokumen yang sah.
Tagar #BanTraveltoSouthKorea dan #Koreanimmigrationoffice dalam bahasa Thailand di media sosial X (sebelumnya bernama Twitter), yang mencapai lebih dari satu juta postingan selama akhir pekan lalu, mendorong Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin untuk berjanji menyelidiki masalah ini.
Seperti dilaporkan Bangkok Post, Kamis (2/11), pencarian menggunakan hashtag di media sosial X menunjukkan postingan pengguna asal Thailand yang mengatakan mereka dideportasi setelah dilarang memasuki Korea Selatan atau dikirim ke ruang terpisah untuk diinterogasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejauh ini, belum ada angka spesifik mengenai jumlah wisatawan Thailand yang ditolak masuk ke Korea Selatan.
Di platform media sosial X, banyak pengguna Thailand berbagi pengalaman mereka tentang proses imigrasi di Korea Selatan dan beberapa mengaku telah dipulangkan ke Thailand oleh otoritas imigrasi Korea Selatan.
Mereka meminta pemerintah Thailand dan Korea Selatan secara serius menangani pekerja migran ilegal, yang disebut-sebut sebagai salah satu alasan utama penolakan masuk ke Negeri Ginseng tersebut.
Korea Times melaporkan, Organisasi Pariwisata Korea mengatakan pihaknya sedang berupaya menyelesaikan masalah masuknya warga negara Thailand, yang akhirnya memilih untuk tidak bepergian ke Korea, karena adanya pemeriksaan imigrasi yang ketat dan dianggap tidak perlu.
Pada September lalu, jumlah warga Thailand yang mengunjungi Korea Selatan mencapai 269.347 orang, yang menjadikan Thailand salah satu dari lima pasar wisata outbound terbesar di Korea Selatan.
Menurut Organisasi Pariwisata Korea, pasar wisata outbound Thailand mencapai puncaknya pada tahun 2019 dengan 571.610 pengunjung.
Survei terbaru Visa juga menunjukkan bahwa Korea Selatan menjadi salah satu dari lima besar destinasi favorit warga Thailand pada tahun 2023.
(wiw)
[Gambas:Video CNN]
Komentar