Oleh: Sabri Hidayatullah
*Kekuasaan*
Catatan penting Gramsci tentang kekuasaan akan merangsang kita berfikir akan sebuah kesadaran esensi manusia sebagai karakteristik yang khas. Bagi Herbert Rosinski, kekuasaan merupakan suatu fenomena yang berhubungan dengan esensi manusia yang khas dalam posisinya terhadap alam. Keberadaan manusia merupakan sebuah spesifikasi, meskipun dilengkapi dengan kemampuan biologis.
Dalam masyarakat modern kekuasaan adalah produksi yang dikonstruksi berdasarkan kepercayaan dan keyakinan serta harapan atas dasar kebijaksanaan. Kebijaksanaan merupakan situasi bermakna sebagai pesan yang diterima lalu dituangkan dalam kebijakan sebagai cermin atas kepercayaan banyak orang.
Kekuasaan harus membebaskan dirinya dari identitas kelompok sara, karena kekuasaan adalah moral suatu bangsa. Bagi Ali Syariati, sesungguhnya dalam diri manusia terdapat nilai-nilai humanisme sejati yang bersifat ilahiyah sebagai warisan budaya moral dan keagamaan. Maka, roda kekuasaan berjalan harus mengedepankan budaya moral dalam menentukan segala bentuk kebijakan yang berlandaskan pada kebijaksanaan.
*Gema Pembebasan*
Gema pembebasan dari belenggu kekuasaan yang kurang bijaksana menjadi inspirasi berharga bagi setiap manusia. Semangat dan prinsip pembebasan bisa tumbuh di manapun dan dalam kebudayaan apapun ketika sistem kekuasaan dalam suatu masyarakat berjalan timpang yang diwarnai dengan kemiskinan, ketidakadilan, diskriminasi serta penindasan pejabat negara terhadap orang-orang miskin. Ragam ketimpangan ini marak muncul dari Indonesia merdeka hingga sekarang. Maka, munculnya gema pembebasan dari belenggu ketimpangan tersebuta memiliki beberapa kecenderungan, diantara : Pertama, dalam diri manusia sebenarnya menyimpan potensi fitrah sebagai makhluk merdeka. Kemerdekaan manusia ini akan menuntut potensi fitrahnya manakala manusia merealisasikan Kebebasan kreatifnya dalam menciptakan ruang yang sejuk dan nyaman bagi orang lain. Kedua, dalam sebuah masyarakat, kesadaran terhadap kemanusiaan sudah ada dan tumbuh (secara potensial) sebagai Khalifah (pemimpin) dimuka bumi. Potensi Khalifah ini merangsang manusia resah, gundah gulana merasakan ketimpangan yang terjadi disekitarnya.
Gema pembebasan merupakan gerakan moral dalam menekan laju ketimpangan yang dibuat oleh kekuasaan. Kapasitas kebaikan dikedepankan sebagai tujuan objektif.
*Menanti Revolusi*
Sering dibicarakan oleh beberapa ilmuan tentang Revolusi sebagai alternatif terakhir dalam menumpas segala ketimpangan. Aktivitas Revolusi menjadi topik menarik dibahas beberapa tahun terakhir ini. Banyak yang bertanya tentang tumbangnya Soeharto diwarnai dengan berbagai insiden yang tak mudah dilupakan. Peralihan tersebut dinamakan reformasi. Reformasi dirancang berdasarkan iklim demokrasi masyarakat Indonesia. Meski demikian, reformasi tersebut rupanya bukan jalan keluar konkret bagi masyarakat Indonesia agar keluar dari penjajahan. Mengapa bukan Revolusi?
Mungkin jawabannya dapat diberikan oleh Charles Tilly, bahwa revolusi adalah kasus khusus dari aksi kolektif dimana kelompok-kelompok yang bersaing, berjuang untuk mendapatkan kedaulatan politik tertinggi atas masyarakat. Padahal, revolusi adalah perubahan yang dijalankan secara progresif yang dimotori oleh kelompok revolusioner. Tujuannya tak lain adalah memperluas kesempatan bagi semua orang untuk melakukan mobilitas sosial, pindah dari ketertindasan menuju kemerdekaan. Revolusi adalah jalan pertukaran posisi untuk menjamin kemanfaatan bersama. Apakah ketika kemakmuran tak lagi nampak , jalan Revolusi adalah satu-satunya jalan yang diambil untuk memberantas ketimpangan? Ataukah gerakan revolusi hanya tinggal mitos pembakaran semangat yang mewarnai masyarakat putus asa karena harapan adakan kemakmuran belum terealisasi dengan baik dan merata. Bagi James C. Davies, kalau Revolusi tidak terjadi dalam keadaaan kebutuhan ekstrem, melainkan lebih banyak dalam situasi tatkala suatu periode perbaikan dan harapan-harapan meningkat disusul oleh suatu kemunduran jangka pendek, yang dalam prosesnya terdapat kekecewaan karena frustasi-frustasi gang gawat. Satu diantara yang terpenting sebagai alasan terjadi Revolusi adalah penindasan dalam bidang ekonomi. Meskipun Revolusi seperti yang dikatakan oleh Brinton, bahwa revolusi-revolusi ini tidaklah direncanakan oleh orang-orang yang sepenuhnya terhempas dalan kekurangan, oleh papa-miskin yang kelaparan. Revolusi juga direncanakan oleh kelompok elite yang mempunyai semangat yang kuat untuk membawa perubahan.***
Komentar