oleh

KEMERDEKAAN PEREMPUAN BUKAN KEBEBASAN

Sabri Hidayatullah

*Perempuan Merdeka*
Kita mesti memberikan perhatian Sangat besar terhadap perempuan. Perempuan merupakan rahim peradaban, memiliki cita-cita mulia yang sesungguhnya yaitu melahirkan Peradaban yang berkualitas. Hal yang mesti dipahami bersama baik Perempuan maupun laki-laki ialah perempuan seharusnya memiliki dan menjalankan kemerdekaannya bukan Kebebasannya. Jika perempuan menjalankan Kebebasannya sebagai seorang perempuan, maka tidak akan ada batasan konkrit tentang kodrat, cita, kasih dan cinta dalam dirinya sebagai pancaran sifat kasih sayang Tuhan yang lebih, serta sebagai rahim peradaban umat manusia. Kemerdekaan perempuan selaras dengan kemerdekaan manusia lain (laki-laki). Perempuan harus membentengi dirinya dari pengaruh eksternal yang di internalisasi melalu berbagi intervensi Kapitalis.
Perempuan Merdeka ialah perempuan yang senantiasa menyadari dirinya bahwa ia adalah sekolah. Kata Rumi, “Perempuan itu bukan manusia biasa, dia (pencipta)”. Perempuan sebagai manifestasi Tuhan paling indah dan sempurna, barang tentu harus mempunyai cita-cita ideal. Bukan kecantikan ideal yang dipamerkan kaum Kapitalis melalui iklan produk kecantikan dan konten-konten sensual beberapa kalangan perempuan di berbagai platform media sosial. Perempuan bukan seperti itu. Karena kecantikan ideal Perempuan sesungguhnya ialah mampu melahirkan dan memelihara kualitas peradaban.

*Kesesuaian Perempuan dan Zaman*
Volume demografi perempuan kian meningkat. Dilansir dari berbagai sumber, data tahun 2021 yang dirilis PBB menunjukkan jika jumlah populasi laki-laki di dunia mencapai 50,42 % atau sekira 3,97 miliar jiwa. Sedangkan jumlah populasi perempuan 49,58% dari populasi dunia atau sekira 3,90 miliar jiwa. jumlah yang terbilang fantastis. Pertanyaan ialah apakah perempuan hari sudah sesuai dengan tuntutan zaman ? Jawabannya tidak, karena modernisasi menawarkan ledakan “kuasa” terhadap manusia. Hari ini doktrin dan gerak modernisasi tidak hanya tergambar dari seberapa besar penguasaan terhadap modal, tetapi seberapa dahsyat tekanan mereka untuk mengganggu pikiran manusia agar jauh dari adat-istiadat dan agama.
Wajah modernisasi ala Kapitalis menempatkan perempuan sebagai aksesoris yang diperjual belikan.

*Perempuan*
Mengenai perempuan, yakni seorang manusia. Manusia tidak terlepas dari seks dan gender. Seks bersifat biologis yang melekat di tubuh manusia, seperti perempuan mempunyai payudara, vagina, bisa melahirkan juga menyusui dan laki-laki memiliki penis. Sedangkan gender adalah sifat perempuan dan laki-laki yang di konstruksi secara sosial.
Konstruksi secara sosial ini bisa hadir melalui orang terdekat seperti halnya keluarga. Dalam kajian gender perempuan didasari dengan sifat yang feminin, dimana perempuan memang dituntut untuk lemah lembut, berbaju warna pink, dan tidak berkata kasar. Sedangkan laki laki dengan sifat yang maskulin, lebih kuat, keren, dan pemberani.
Hal-hal seperti itu memang sudah dibentuk sejak dini dan itu yang menjadi kebiasaan bahkan membudaya di kalangan masyarakat. Perempuan juga cenderung menggunakan suatu produk atau pakaian sesuai dengan trennya, dari situlah kapitalisme merancang ide baru dan melihat perempuan sebagai komoditi untuk mendapatkan keuntungan.
Kemudian, membahas mengenai kapitalisme, kapitalisme adalah sebuah sistem ekonomi sosial yang berorientasi pada provit motif dan hanya menguntungkan segelintir orang, kapitalisme dengan ciri akumulasi, eksploitasi, dan ekspansi telah berdampak kepada banyak orang salah satunya adalah perempuan.

*Ketertindasan Perempuan*
Pada era 1970-an sampai awal dekade 1980-an ada salah satu teori Marx yang membahas mengenai ketertindasan perempuan pada awal abad ke-20 yang dikenal dengan women’s question, dan saat itu teori Marx cukup meluas, baik itu dikalangan Marxis, sosialis, feminism, bahkan juga dari feminisme radikal. Bisa dilihat bahwa penindasan terhadap perempuan sudah lama terjadi, hal ini dapat dilihat dimasa sekarang, karena budaya patriarki dilanggengkan dan itu terjadi sampai sekarang. Penindasan terhadap perempuan di masa tahun 90-an ataupun tahun sebelumnya, akan berbeda dengan tahun sekarang yang lebih diperhalus penindasan nya. Contohnya perempuan tahun 90-an dipaksa untuk bekerja bahkan jam kerjanya tidak sesuai dengan upah yang diberikan, dibandingkan dengan sekarang, seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin maju, proses eksploitasi bisa dilakukan melalui media.

*Perempuan ala Kapitalis*
Kapitalisme juga mengandung sistem dan melahirkan cara pandang yang materialistik dan konsumtif. Agar sistem ini tetap bertahan, kapitalisme meluncurkan gempuran serangan propaganda yang mendukung sistemnya melalui media. Contoh kasus kecil, perempuan Indonesia yang didominasi dengan kulit berwarna sawo matang kemudian diserbu dengan propaganda bahwa cantik itu berkulit putih.
Propaganda ini membawa perempuan pada ketertindasan yang utuh. Perempuan harusnya dapat memfilter gaya Kapitalis dalam menjadikan diri mereka sebagai aksesoris. Ketertindasan Perempuan diorbitkan pada aspek fisik yang diajukan Kapitalis yaitu putih adalah cantik yang paling ideal. Bukan itu perempuan yang sesungguhnya.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *