oleh

Setting sosial orientasi konsumerisme 

Oleh : Sabri Hidayatullah

Dalam suatu masyarakat, bermunculan dan penerapan realitas biasanya menghasilkan tindakan kolektif masyarakat untuk mencapai tujuan individu maupun kolektif yang disusun secara sistematis melalui bentuk pengenalan terhadap realitas. Setelah orang mengenal realitas dan poin-poin yang termuat dalam realitas tersebut, akan menciptakan suatu kebiasaan dalam memaknai, memakai, dan menciptakan realitas baru salah satunya adalah kebiasaan konsumerisme yang perlahan bergeser dari tatanan kebutuhan seutuhnya.

*Arena Konsumsi*

Hubungan antara kepentingan kolektif dan individu dalam masyarakat menciptakan prestasi sosial yang diwujudkan melalui proses pembendaan dalam bentuk konsumsi. Hal ini mengalami pergeseran nilai, keinginan mengkonsumsi dalam hal materi atau budaya lebih elastis daripada tujuan atau cita-cita yang didambakan titik arena konsumsi adalah arena yang terstruktur, artinya kebutuhan dilihat dari model yang diterima sebagai tanda atau simbol konsumsi kolektif.

Setiap orang menjadi “penunggang bebas” dalam yang berhak memilih jenis materi, simbol, jenis percakapan, bahkan bahan pembicaraan melalui proses pemaknaan dan pilihan dasar untuk dikonsumsi. Misalnya gosip merupakan suatu mekanisme penting dalam mengkonsumsi baik dalam bentuk hiburan belaka maupun konsekuensi logis daripada pemaknaan terhadap objek yang diterima.

Objek yang dikonsumsi menjadi penting untuk mengafirmasi kelas sosialnya sekaligus berfungsi untuk membedakan kelompok yang satu dengan kelompok yang lain baik bahasa yang dipakai untuk komunikasi maupun barang-barang yang digunakan.

Konsumerisme merupakan histeria sekaligus tuntutan bersama untuk memenuhi kebutuhan bersama titik akan tetapi, seluruh pembedaan itu ditentukan oleh kriteria individu atau kelompok. Dengan adanya variasi pilihan terhadap objek menjadi fakta sosial yang menggambarkan masyarakat konsumerisme sebagai pelaku yang selalu melakukan pertukaran.

*Arena Pertukaran*

Ide tentang pertukaran seperti yang dikatakan oleh Adam Smith dalam _bukunya and Inquiry into the Nature and Cause of the Welth of Nations_ menemukan bagaimana caranya memperhitungkan tatanan sosial melalui produksi produksi yang kemudian dikonsumsi oleh masyarakat dalam bentuk apapun dengan cara yang dilakukan baik dalam pertarungan pasar bebas maupun campur tangan pemerintah. Kepuasan individu atau kelompok untuk membeli, menjual, memperdagangkan dan mendistribusikannya berkaitan erat dengan budaya konsumerisme.

Ketika televisi dan media sosial memperlihatkan wajah *Fajar SadBoy,* maka orang sudah bisa membayangkan bahwa ada anak kecil yang sedang mengalami patah hati titik gambar Dan video menjadi perintis peristiwa yang ditukar dengan kenikmatan yang dikonsumsi secara kolektif baik itu penting maupun tidak penting sama sekali. Isi pesan dikalahkan oleh pengemasan pesan atau dramatisasi, aktivitas orang ditukar dengan berita kesedihan *Fajar SadBoy* yang sedang ditumpahkan keresahannya atau sedang berlangsung proses sharing tentang keresahannya karena patah hati merupakan bentuk paling narsistik.

*Arena Takan Terpenuhi*

Dunia objek dan kebutuhan merupakan histeria yang digeneralisir dengan sangat rapih. Budaya konsumsi hari ini di zaman modern tidak lagi mengarah pada tujuan ideal melainkan ritus kapitalis dalam meraup keuntungan. Ritus tersebut telah berlangsung lama melalui penguasaan alat-alat produksi yang selalu beradaptasi dengan perubahan zaman agar bisa menguasai seluruh sistem dan tatanan sosial masyarakat.

Pemenuhan kebutuhan tidak lagi sepenuhnya pada suatu objek yang dimaknai tetapi menjadi ajang pembeda sekaligus pemantulan diri dengan keinginan harus sama dengan objek (model)agar mendapatkan pujian maupun penghargaan yang sebenarnya bentuk pengidealan kepada objek tersebut tidak akan pernah terpenuhi. Jadi, bukan fungsi dari objek itu yang menentukan arena konsumsi, tetapi fungsi sosial, dan pertukaran serta komunikasi distribusi pasar melalui korpus tanda yang diperankan oleh model.

Ketika seorang mahasiswa diajak oleh teman-temannya makan siang di McDonald dia memilih untuk makan di warung kecil. Karena McDonald memberikan tanda yang mengarah pada tempat bagi kelas-kelas tertentu dalam masyarakat bukan karena kelezatan makanannya hidangannya sehingga mahasiswa tersebut memilih warung kecil yang cenderung tertutup agar tidak diperhatikan meskipun kualitas makanannya berbeda tempatnya berbeda tetapi mahasiswa tersebut ingin menampilkan dirinya bahwa dia sebenarnya tidak mengikuti model yang ditawarkan oleh kapitalis di zaman modern.

*Kenikmatan Bukan Tujuan Sesungguhnya*

kenikmatan tidak lagi tampil sebagai tujuan sesungguhnya dalam masyarakat modern, melainkan sebagai rasionalisasi individual suatu proses dimana justru ada tempat lain yang disembunyikan atau ada tujuan lain dibalik kenikmatan itu sendiri. Menurut Baudrillard, manusia konsumen seakan merasa wajib menikmati karena itu menjadi prinsip maksimalisasi eksistensi, yaitu dengan memperbanyak kontak relasi, penggunaan tanda secara intensif, mengeksploitasi secara sistematis semua kenikmatan. Memang, budaya konsumerisme bisa mendorong orang malas menjadi rajin akan tetapi budaya konsumerisme juga bisa menghasilkan sikap individualis karena pemenuhan hasrat akan sesuatu barang atau jasa lebih untuk kepentingan diri sehingga mengikis solidaritas dalam masyarakat konsumsi ditata sebagai wacana untuk diri sendiri cepat habis, dengan kepuasan atau kekecewaannya sehingga bisa menimbulkan selera yang diorganisir berdasarkan kelas yang dimiliki.

Proses pembedaan kelas ini adalah proses yang mengandung segi yang dihayati dan struktur yang terbentuk sadar atau tidak sadar telah menciptakan sikap individualis sikap cemas dan resah dalam sebuah masyarakat. Mall misalnya, menjadi tempat yang dikunjungi oleh semua kelas di dalam masyarakat. Akan tetapi, mall tertentu hanya dikunjungi oleh cluster tertentu karena ada klasifikasi sebagai nilai yang menentukan status dalam hierarki sosial, sehingga konsumsi menjadi bagian dari strategi yang menentukan bobot kelas sosial serta kenikmatan sesungguhnya tidak pernah terpenuhi.

Dengan demikian, selera itu tidak netral karena merupakan hasil dari serangkaian proses pembiasaan yang diciptakan berdasarkan setting sosial akan konsumsi sebagai arena sosial yang terstruktur dan disengaja yang dibuat untuk masyarakat modern melalui kelompok yang menjadi model yang berfungsi mengarahkan selera pada promosi-promosi sosial.***

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *