oleh

Asa yang Musykil

Dokumen Foto Rahmad Nazir

By Rahmad Nazir

Untuk apa memberikan segala yang kau punya demi mengkomersilkan cintamu pada jiwa-jiwa yang lebai dengan segala ikrar-ikrar manis nan semu.

Energi obsesi dan nafsumu yang teramat kuat untuk merenggut cintanya, sementara tak ada jaminan tentang keyakinanmu bahwa dialah muara akhir dari petualangan cinta monyetmu.

Para musisi theologi telah mengisyaratkan bahwa benci maupun cintailah seseorang secara wajar karena bisa saja irama takdir Tuhan dengan sangat kejam menukarkan realitas dalam resonansi cinta.

Kau terduduk lunglai di atas altar sembilu sambil air mata beningmu akan tersedu-sedu dalam raut penuh lara akibat terlalu berharap pada sesuatu yang absurd.

Kau mungkin akan kesakitan dalam kesakitan yang maha mengasyikan namun membunuh harapanmu secara lembut dengan pisau yang tersembunyi di balik senyuman manis.

Jika harapan yang telah terbunuh, apalagi yang kau harapkan sayang? Yang tersisa hanyalah ketiadaan eksistensi.

Sungguh nanar & menyayat qolbu bukan?.

Aku hanya ingin mengeluarkan dua tetes air mata.

Jogja Istimewa, 25 Maret 2016.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *