
Karya Zulkasim Achmad Abu Umairo
Pagi itu di pinggir sungai Nangaba
Seorang remaja lelaki duduk termenung pilu
Mengalir air matanya membasahi pipi
Merenungi nasib yang kian tak pasti
Sang ibunda tercinta
Yang menjadi penopang hidup satu-satunya
Telah pergi meninggalkan mereka
Untuk selama-lamanya
Hidup bagaikan sebatang kara
Tak ada lagi tempat bersandar
Tuk berbagi rasa mengharap kasih sayang
Sumber petuah agung bekal hidup
Terpaksa ia harus menerima kepahitan takdir
Yang telah digariskan Sang Khaliq
Di pundaknya menanggung beban tanggung jawab
Yang semakin berat kepada adik-adiknya
Kegamangan prahara getir hidup kian mendera
Menerima kenyataan dari pemilik-Nya
Sabar, ikhas dan tawakkal menjadi kunci
Agar bisa menjalani kenestapaan hidup***
(Patas-Ende, 15 Agustus 2022)
Penulis adalah Guru MAN Ende Aktifitas Literasi sebagai Wakil Ketua PPMN (Perkumpulan Penulis dan Motivator Nasional) Kabupaten Ende
Komentar