oleh

Burka Avenger, Pahlawan Super Perempuan Pertama Pakistan

Jangan main-main dengan perempuan yang satu ini!

Mengenakan burka hitam dan bersenjatakan buku dan pulpen, sang pahlawan hadir untuk

membela anak-anak perempuan Pakistan agar dapat bersekolah.

Inilah dia, pahlawan super perempuan pertama Pakistan: Burka Avenger

Tapi sayangnya, dia hanya muncul di TV. Burka Avenger adalah serial animasi yang baru saja

diluncurkan di Pakistan.

Beraksi pada malam hari dengan mengenakan burka hitam, melawan bandit-bandit yang

ingin menutup sekolah.

Di siang hari, pahlawan ini bekerja sebagai guru bernama Jiya.

Serial animasi ini bercerita soal petualangan Burka Avenger di kota khayalan bernama

Halwappur.

Sosok pahlawan ini menguasai Takht Kabaddi, ilmu bela diri sejenis karate, dan

bersenjatakan buku dan pulpen.

Burka Avenger berjuang melawan bandit seperti Baba Bandoo, seorang penyihir jahat

berjanggut hitam seperti sosok pemimpin Taliban dan politisi korup, Vadero Pajero.

Keduanya beranggapan perempuan tak perlu sekolah. Pencipta Burka Avenger adalah

bintang pop Pakistan, Aaron Haroon Rashid. Dia pun menyanyikan lagu serial ini berjudul “Lady in

Black”.

“Ini adalah pahlawan super pertama di Pakistan dan akan menjadi idola baru bagi anak-anak

Pakistan. Jiya adalah sosok guru mulia,” papar Haroon.

“Dia mengajarkan hal-hal yang penting seperti isu sosial, dan pengetahuan lainnya. Tapi

ketika dia beraksi melawan para bandit, dia mengenakan burka untuk menutupi identitasnya, seperti

yang dilakukan pahlawan super lainnya. Itulah mengapa dia dinamakan Burka Avenger.”

Serial ini mengangkat topik-topik seperti kekerasan, pendidikan bagi kaum perempuan,

pemberdayaan perempuan dan perdamaian.

Kisah ini mirip dengan apa yang dihadapi Malala Yousafzai – seorang aktivis perempuan cilik

yang ditembak oleh militan Taliban tahun lalu. Dia selamat dari tembakan tersebut dan sekarang

tinggal di Inggris.

Saat menghadiri pertemuan di markas besar PBB di New York, Malala mengatakan,

pendidikan adalah satu-satunya cara untuk memperbaiki kehidupan.

“Pada tanggal 9 Oktober 2012, Taliban menembak dahi kiri saya. Mereka juga menembaki

teman-teman saya. Jika mereka mengira bahwa peluru akan membuat kami takut, mereka salah.

Kami tidak akan berhenti memperjuangkan hak-hak kami.”

Namun burka yang dikenakan  pahlawan super ini menimbulkan pertanyaan di Pakistan.

Sebab pakaian yang mnutup tubuh dari ujung kepala sampai ujung kaki ini identik dengan

penindasan.

Burka biasa dipakai oleh perempuan di wilayah barat-utara dan suku-suku di Pakistan.

Shahzad Khad, wartawan berumur 32 tahun ini mengkritik pengunaan burka.

“Penduduk Pakistan adalah masyarakat konservatif, burka adalah simbol dari penindasan

dan depresi. Dalam animasi ini, burka malah melambangkan pahlawan. Ini jadi membingungkan.”

Namun serial animasi ini disambut hangat dunia internasional. Burka Avenger bahkan jadi

panutan baru bagi anak-anak perempuan.

Rukshana Hayat, 45 tahun, bekerja sebagai guru di Islamabad Model School selama hampir

separuh hidupnya. Dia turut senang akan kehadiran Burka Avenger yang menyoroti pentingnya

peran guru dan pendidikan.

“Burka Avenger adalah satu upaya memperjuangkan pendidikan khususnya bagi anak-anak

perempuan Pakistan. Apalagi sekarang ini banyak sekolah diledakkan dan nasib guru tak lagi aman.

Ini akan memberikan pesan positif kepada dunia.”

Sejak 2009, militan Taliban menghancurkan sekolah khusus anak-anak perempuan di utara

Pakistan. Lebih dari 800 sekolah kini telah hancur.

Dan lebih dari separuh penduduk Pakistan buta huruf. Kini Burka Avenger adalah pahlawan

bagi Sidra Sajid, yang berusia 10 tahun ini.

“Sosok Jiya yang memakai burka dalam animasi ini sangat hebat. Dia membela anak-anak

perempuan seperti saya dan membuka mata kami akan hak-hak kami khususnya hak mendapatkan

pendidikan.”

Kaos dan barang-barang lainnya dengan sosok Burka Avenger segera beredar, meneguhkan

sosoknya sebagai pahlawan super perempuan pertama di negeri ini.

Akankah Burka Avenger menjadi Wonder Woman versi Pakistan?

Artikel ini pertama kali disiarkan di Asia Calling, program berita radio aktual dari kawasan Asia yang

diproduksi KBR68H, kantor berita radio independen di Indonesia. Asia Calling disiarkan dalam bahasa

lokal di 10 negara di Asia. Temukan cerita lainnya dari Asia Calling di www.portalkbr.com/asiacalling

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *