Suasana asrama mahasiswa Nusa Tenggara Timur (NTT) di RT 53, RW 13, Kelurahan Tegal panggung, Kecamatan Danurejan, Yogyakarta, terlihat lengang pada Sabtu sore, 23 Maret 2013. Pagar besi asrama tertutup rapat. Lampu neon masih menyala di teras rumah seluas 18×12 meter persegi itu. Sebuah stiker bertuliskan Perkuray (Persaudaraan Kupang Raya) Yogyakarta tertempel di pintu.
Dua pintu dan dua kusen jendela juga terlihat tertutup. Di muka pintu bagian depan ada dua kursi panjang dan satu meja, sementara di bawah pintu bagian samping teronggok sebuah dingklik (bangku kecil berbahan kayu). Dua pasang sandal tertinggal di beranda.
Di asrama NTT itulah tiga korban penembakan tahanan LP Cebongan, Sleman pada Sabtu dinihari, 23 Maret 2013,biasa menjadikannya sebagai tempat singgah. Mereka adalah Yohanes Juan Manbait, 38 tahun; Angel Sahetapi atau Deki, 31 Tahun; dan Gameliel Yermiayanto Rohi Riwu alias Adi, 29 tahun.
Ketua RT 53, RW 13, Budiyono, mengatakan asrama mahasiswa NTT ditinggalkan penghuninya sejak Selasa, 19 Maret 2013 pukul 09.00 WIB. “Saat polisi mencari barang bukti, asrama kosong,” kata dia kepada Tempo, Sabtu, 23 Maret.
Pada Selasa pagi, kata Budiyono, sekitar 100 petugas dari Kepolisian Resor Sleman dan Brimob Polda DIY mendatangi asrama NTT untuk mengambil barang bukti setelah kejadian penusukan di Hugo’s Cafe. Mereka ada yang berpakaian preman dan pakaian dinas. “Petugas mengamankan barang bukti berupa foto dan senjata tajam ukuran kecil seperti keris,” ujar Budiyono.
Menurut dia, di asrama itu terdapat lima penghuni asal NTT. Dari lima itu, satu orang yang bernama Yohanes Juan Manbait diketahui bekerja sebagai mantan anggota kepolisian. Yohanes sering singgah di asrama sejak dua pekan lalu. Sementara, empat lainnya merupakan karyawan swasta. “Pak Juan yang saya tahu pernah bekerja sebagai anggota Brimob, Polres, dan Polsek Danurejan,” katanya.
Salah satu warga setempat yang enggan disebut namanya mengatakan asrama NTT kosong sejak Selasa lalu. Sebelum kejadian penusukan, dia sempat melihat penghuni duduk-duduk di depan asrama. “Tidak pernah ada keonaran di kampung sini. Kalau minum-minum itu, ya, biasa,” katanya.
Komentar